LE CHAPEAU DU PETIT JESUS : Kontroversi Khitan diantara 2 Agama

Lama sekali tak menulis sedikit resensi tentang film eropa, kali ini manza mau memberikan ulasan sedikit film perancis yang baru aku tonton beberapa waktu lalu di TV5 Monde Asia . Film ini berjudul " LE CHAPEAU DU PETIT JESUS ", yang dirilis pada 13 Mei 2006 . Seperti biasa saluran France3 selalu menghadirkan film memikat yang banyak meraih penghargaan termasuk film yang satu ini. Film berdurasi 90 Menit yang disutradarai oleh Didier Grousset ini merupakan film keluarga bergenre drama komedi yang sangat - sangat cocok untuk dijadikan sebagai tontonan film keluarga yang menghibur dan mendidik.
Adalah Cécile and Hédi, seorang pasangan Perancis - Maroko yang mempunyai dasarnya mempunyai perbedaan agama dan kultural , namun hidup bahagia bersama anak laki - laki semata wayangnya yang bernama Jalil.. Mereka hidup di Marseille, sebuah kota kecil di pinggiran urban Perancis. Selain itu sang ibu mertua Hedi juga ikut mengasuh cucu kesayangannya itu . Namun keharmonisan yang selama ini dirasakan oleh mereka tiba tiba terusik oleh kedatangan Ayahanda Hedi, kakek dari Jalil yang telah lama meninggalkan perancis dan hidup di kampung halamnnya di Maroko selama beberapa tahun. Kedatangannya bukan tanpa alasan. Ia bermaksud untuk mengkhitankan cucunya tersebut dalam waktu dekat selain dari alasan utamanya untuk perawatan medis atas penyakit yang dideritanya. Awalnya kedatangan sang Kakek disambut hangat oleh para anggota keluarga , termasuk sang Ibu Mertua yang merupakan aktifis Gereja. Walaupun sang Mertua tidak begitu senang dengan keberadaan sang Kakek, yang ingin mempengaharuhi cucu semata wayangnya itu untuk menganut keyakinan sang Kakek yakni Islam. Bahkan sang Mertua begitu ketakutan saat melihat besannya tersebut sedang menjalankan shalat lima waktu dikamarnya. Memang selama ini Hedi sebagai ayah tak begitu memperhatikan urusan keyakinan yang akan dianut oleh anaknya itu, masalah ini ia serahkan kepada ibu mertuanya. Dalam Islam , Khitan merupakan kewajiban penting bagi setiap laki - laki, hal ini juga yang membuat sang Kakek begitu ngotot untuk mengkhitankan cucunya itu sesegera mungkin sebelum sang Kakek mendekati ajal.

Cecile, ibu dari Jalil merasa bahwa ritual Khitan tersebut begitu menyakitkan dan tidak bisa diterima oleh akal sehat, begitu pula ditentang oleh sang Ibundanya. Hal ini membuat pertentangan Hedi dan Ayahnya sendiri menjadi meruncing, lantaran Hedi memaksa sang Ayah utk mencoba mengerti budaya yang selama ini dianut oleh keluarganya disini. Keyakinan kuat sang Kakek, membuat hubungan Cecile dan Hedi menjadi renggang, dan membuat Cecile pergi kerumah Ibundanya bersama Jalil. Kakek yang sudah merasa ajalnya kian dekat mencoba memberikan nasehat kepada Hedi untuk membujuk istrinya agar kembali lagi ke pelukannya. Setelah sekian lama, Cecile yang berbicara empat mata dengan Hedi, dan juga sang Kakek mencoba meluluhkan hati Besannya itu.

Usahanya ternyata taka sia - sia, akhirnya Cecile dan Ibundanya pun mengerti dan mengijinkan anaknya untuk dikhitan, sesuai dengan syariat Islami. Selang beberapa waktu sang Kakek diberitakan meninggal dunia dan keluarga Hedi kembali menjalani hidupnya sebagai kepala keluarga yang bijak, suatu hal yang selama ini diinginkan oleh Ayanhandanya.