
Entah kenapa sejak beberapa tahun yang llalu saya mulai menggemari siaran radio internasional. Hampir setiap hari saya mendengarkannya secara rutin .Banyak teman saya yang mencibir saya gara gara hal ini. KAta teman saya , saya sifatnya seperti orang yang sudah berumur saja, hobinya mendengarkan berita. Ah, tapi saya acuhkan saja pernyataan teman saya itu. Habis, saya mulai bosan dengar acara acara yang disuguhkan oleh radio lokal di kota saya . Palingan hanya beberapa mata acara yang berbobot saja yang saya suka. Rata rata radio lokal disini ( purwokerto ) mengetengahkan tema remaja sebagai menu utamanya. Yah walaupun tidak mengesampingkan bahwa saya sendiri adalah remaja yang usianya baru 17 tahun . Tapi saya benci sekali dengan acara acara yang sok bertemakan " remaja " itu.
Kembali ke soal radio gelombang pendek. Entah kenapa mendengarkan siaran radio jenis ini mempunyai ciri khas tersendiri bagi saya khususnya. Acaranya berbobot dan beragam. Jelas menambah ilmu pengetahuan saya.
Memang sich ,meskipun stasiun pemancar televisi swasta banyak bermunculan di seluruh Indonesia, siaran radio ternyata tidak ditinggalkan penggemarnya. Komunitas pendengar radio di berbagai daerah masih banyak jumlahnya.
Kenyataan itu bisa dipahami. Dibandingkan televisi, radio memiliki beberapa kelebihan. Harganya yang jauh lebih murah daripada pesawat televisi, sumber energinya bisa berupa listrik ataupun baterai, dan bentuknya yang relatif kecil sehingga mudah dibawa ke mana-mana, menjadikan radio sebagai salah satu pilihan masyarakat untuk mendapatkan beragam hiburan dan informasi secara murah dan mudah.
Di seluruh Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 1.000 stasiun radio lokal, seperti RRI sebagai radio resmi pemerintah, radio swasta, dan radio kampus. Umumnya radio- radio lokal itu berada pada jalur gelombang AM (Amplitudo Modulation), MW (Middle Wave), atau FM (Frequently Modulation). Di samping itu, berkembang pula radio internasional lewat jalur SW (Short Wave = Gelombang Pendek).
Sesuai namanya, penangkapan radio lokal sangat terbatas. Rata-rata mencapai radius 50 kilometer. Itu pun kalau kualitas radio yang dimiliki seseorang relatif bagus buatannya.
Sebaliknya, jangkauan radio internasional begitu luas. Meskipun dipancarkan dari negeri yang jauh, siaran itu dapat ditangkap di Indonesia dan negara-negara lain karena didukung stasiun-stasiun relai di banyak negara. Sejumlah radio internasional sudah menyelenggarakan siarannya dalam bahasa Indonesia sejak puluhan tahun yang lalu.
Siaran radio internasional itu sering disebut siaran gelombang pendek. Umumnya mereka menggunakan gelombang 13 m, 16 m, 19 m, 25 m, 31 m, 41 m, dan 49 m dalam berbagai frekuensi. Berbeda dengan radio lokal yang mengudara 18 jam hingga 24 jam sehari, radio gelombang pendek hanya mengudara relatif singkat. Beberapa stasiun hanya siaran sekitar satu jam sehari. Yang terlama, sekitar enam jam sehari.
Siaran gelombang pendek bisa ditangkap melalui berbagai jenis radio, seperti radio tabung, radio transistor, dan radio digital. Sesuai kemajuan teknologi, siaran gelombang pendek pun kini bisa didengar lewat parabola dan bisa diakses lewat internet.
1 komentar:
Dhik Supriyono, gimana kabarnya? Masih suka dengar Ranesi kan? Pernah kirim SMS belum?
Aku suwer ..bangga dan gembira bisa menyapa adik lewat blog mu. Bagus lho.. rodo-rodo malu juga ada aku disitu masuk deretan penyiar yang disuka..
Suka bola enggak? Kalo suka aku punya blog juga djenol.blogspot.com
Posting Komentar
Tuliskan Komentar Anda !