MAMAMIA SHOW - AJENG DAN FIERSHA


Ajeng - Fiersha, Dua Peserta Istimewa

Ajeng, pengamen yang setiap hari naik turun buskota jurusan Cawang - Grogol bersama Mama Cindy. Fiersha, penderita tuna netra asal Bandung yang berhasil menembus sepuluh besar Mama Mia.

Tiga tahun silam, ketika ayahnya didera penyakit paru-paru akut stadium dua, Ajeng Astiani dan Mama Cindy memutuskan untuk ngamen. Waktu itu Ajeng baru kelas 2 SD. Karena himpitan kebutuhan, Ajeng terpaksa drop out dari sekolahnya. "Untuk makan saja susah. Jadi aku terpaksa berhenti sekolah dan bantu mama mencari uang menjadi pengamen," kata Ajeng ketika ditemui di halte Polda Metro Jaya, tempat mereka biasa beristirahat.

Bersama mama Cindy, Ajeng menghabiskan hari-harinya dari bus satu ke bus lainnya. Ketika anak-anak sebayanya asyik bermain dan belajar, Ajeng mengais recehan bersama sang mama. Berbagai cemooh dari lingkungan rumah harus diterimanya akibat predikat pengamen. "Tapi aku nggak peduli. Aku nggak mau dengerin kata-kata mereka," kata Ajeng.

Ajeng adalah tulang punggung keluarga. Ia harus memenuhi kebutuhan tiga adiknya. Hanya dengan mengamen Ajeng menutupi kebutuhan keluarga. Hanya dengan cara itulah Ajeng membantu orangtuanya menghidupi keluarga. Menarik receh dari para penumpang buskota dengan suaranya. "Uang hasil mengamen, ya buat makan, buat biaya sekolah aku dan adik-adikku,' kata Ajeng yang kini duduk di kelas V SD di bilangan Jakarta Timur.

Kini ayahnya Harry, sudah sembuh dari sakit paru-paru. Mantan musisi inipun ikut turun ke jalan membantu Ajeng dan istrinya. Ditemani sebuah gitar, ia menepis gengsi, Harry mengiringi vokal merdu dua orang yang sangat dicintainya. Penumpang hafal, saat Ajeng dan kedua orang tuanya naik buskota, tak berapa lama empat buah lagu merdu terlantun dari mereka. "Hasilnya lumayan. Buat biaya hidup sehari-hari dan bayar sekolah," kata Ajeng, yang masih tetap mengamen, meskipun ia sudah masuk sepuluh besar Mama Mia.

Fiersha Sering Diejek
Fiersha Haniha, kisah gadis belia penderita tuna netra ini tak kalah haru dari Ajeng. Dengan kekurangannya, ia berusaha menggapai cita-citanya menjadi penyanyi terkenal. Meski ejekan "buta" seringkali ia terima dari teman sebaya saat jajan di warung depan rumahnya. "Aku mulai menyanyi sejak umur dua tahun," katanya penuh percaya diri.

Fiersha memang gadis yang diberi kekurangan. Tapi itu bukan halangan. Bersama ibunya, Mama Ace, ia sering mengikuti lomba menyanyi di Bandung. Hingga kini, 9 piala dari lomba nyanyi sudah ia koleksi. Kehebatan Fiersha bukan hanya nyanyi. Pendidikan pun, Fiersha tak mau kalah dengan anak-anak normal. Buktinya ia bersekolah di sekolah menengah pertama (SMP) umum di Bandung, meskipun dengan bantuan huruf braille.

Sebelumnya, ketika Fiersha lahir Mama Ace merasa malu, karena puterinya diberi kekurangan. Apalagi, Fiersha anak pertamanya. Enam bulan lamanya Mama Ace sedih dan kecewa. Hingga akhirnya ia tersadar, di balik kekurangan Fiersha, ternyata Tuhan menitipkan sebuah anugerah teramat indah. "Sekarang aku berusaha untuk mendukung keinginan Fiersha. Dia salah satu permata hatiku. Kalau menyanyi adalah dunia yang ingin ia tekuni, aku akan selalu mendukung," kata Mama Ace.

Ajeng dan Fiersha, bisa menjadi inspirasi anak-anak Indonesia. Di balik keterbatasan dan kekurangan, mereka tak ingin patah semangat. Mereka yakin nasib akan berubah, jika selalu berusaha.(Sumber : Tabloid Jelita)

1 komentar:

ari mengatakan...

saya sangat terharu cerita mama ace kamu harus buktikan sama teman kamu ,pastikan ada jalan jangan menyerah kamu ya bahagia kan orang tua kamu ya berjuang fiersha ya semoga masuk grand final mamamia

Posting Komentar

Tuliskan Komentar Anda !